Cara Tuhan Mematahkan dan Memulihkan Hati Umat-Nya Part 3

src pexels
Tahun 2013, saya sudah lulus SMP namun tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA karena keterbatasan biaya. Saya sempat bertengkar dengan bapak karena tidak mampu menyekolahkan saya. Sekali lagi, Tuhan menguji kesabaran saya. Bapak jatuh sakit, Beliau mengalami komplikasi. Organ tubuhnya sudah tidak berfungsi dengan baik. Bapak mulai menjadi sensitif. Terkadang sering marah-marah, berubah menjadi manja seperti anak kecil, dan menjadi acuh dengan yang lain. Di tahun yang sama. Pada 13 November 2013. Bapak meninggal dunia karena komplikasi yang di deritanya.

Setelah meninggalnya Bapak, saya mencoba mendaftarkan diri untuk sekolah namun sekolah menolak dengan alasan saya sudah tertinggal pelajaran tiga bulan dan pasti sulit untuk beradaptasi. Saya memang sedih dan untuk mengisi waktu luang, akhirnya saya mencoba belajar untuk menjahit. Namun, Tuhan menguji kesabaran saya. Di tempat saya les menjahit, saya tidak di tempatkan menjadi seorang anak les namun sebagai seorang pembantu. Memang saya di gaji namun tahu berapa gaji saya? Waktu itu hanya 50rb dalam semingga. Apa yang saya kerjakan? Menyapu, mengepel, menyetrika, mencuci piring, membersihkan kamar mandi, bahkan merawat ibu dari majikan saya. Maaf, posisi ibunya adalah orang lumpuh. Karena tidak sanggup dengan semua itu, saya memutuskan untuk keluar.

Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. Tuhan mengirimkan seorang penolong bagi saya. Kebetulan saya mendapat tetangga baru yang seorang penjahit. Darinya saya diajari menjahit dengan mesin besar. Saya bersyukur dengan sesuatu yang diberikan Tuhan. Pada tahun ajaran baru, saya mendaftarkan diri untuk masuk sekolah. Hasilnya, saya tidak lolos seleksi. Tentu saya sedih dengan itu semua. Namun, Tuhan menolong saya. Saya ditelepon oleh teman waktu SMP. Dia dan ibunya bersedia membantu saya untuk masuk ke sekolah SMK. Dengan (maaf) kenal orang dalam, akhirnya saya masuk ke sekolah tersebut. Alhamdulillah semenjak itu Tuhan sangat melancarkan rezeki saya. 

Selama sekolah saya dibebaskan SPP dan setiap tahunnya mendapat bantuan dana dari pemerintah. Beruntungnya lagi ketika pendaftaran kuliah atau SNMPTN, Alhamdulillah saya lolos dan masuk ke kampus terbaik di kota saya. Ketika mendapat kabar seperti itu, satu keluarga sangatlah senang. Apalagi saat wisuda SMK, saya di panggil ke atas panggung untuk menerima penghargaan lulusan terbaik. 

Tuhan Maha Adil atas segala-Nya. Tuhan akan mematahkan hati umatnya dan Tuhan akan memulihkannya dengan cepat. Ketika Tuhan mengambil segalanya dari saya maka, Tuhan akan menggantinya dengan yang lebih baik. Banyak orang iri melihat keberhasilan saya namun orang tidak melihat rintangan yang saya hadapi. Banyak orang mengatakan "Enak ya Mifta, masuk kampus terbaik, dapat beasiswa" Namun mereka lupa dengan lika liku yang saya hadapi. Yang sering saya lupakan adalah cara saya bersyukur. Ketika kita terpuruk maka di luar sana masih banyak yang terpuruk. Ketika saya iri dengan mereka yang masih memiliki Ibu dan Bapak tapi ternyata mereka iri dengan kehidupan saya. Ingatlah ini; Tuhan Maha Adil, Ujian yang Tuhan berikan akan di balas dengan sesuatu yang luar biasa bahkan diluar dugaan. Berdoalah, jangan lupa ucapkan "Tolong, Terima Kasih, dan Maaf" sekalipun pada Tuhan

Jika ada yang berkomentar "Cerita saya lebih tragis, cerita saya lebih menyedihkan, ceritamu tidak ada apa-apanya dengan rintangan hidup saya" Maka, mari kita saling
berbagi cerita. Siapa tau jodoh,,, eh salah. Siapa tahu kita bisa saling belajar mengenai kehidupan di dunia ini.